20 September 2013

KARANGMALANG dalam kisah


PKH Pekalongan - Siang itu Pendamping Kecamatan Timur menyusuri jalanan berliku dan melewati persawahan. Walaupun sinar mentari kala itu bersinar terang tak menghalangi tugas ini. Kewajiban  yang harus kami lakukan. Agenda kala itu untuk berkunjung ke rumah RTSM.
Kunjungan pertama kami ke rumah bu Dian Ningsih yang beralamatkan di Setono RT 05 RW 07 kelurahan dekoro. namun rumah yang beliau tempati tersebut masuk dalam wilayah kelurahan Karangmalang. Kondisi yang kami amati sangat miris. Rumah bu Dian hanyalah sebuah gubuk yang berukuran sekitar 1x3 M. itupun hanya sebuah rumah sementara, sebatas tempat bernaung dari terik panas matahari dan guyuran hujan. Tanah tempat rumah tersebut berdiri pun kepunyaan warga disampingnya.



    Kondisi ekonomi keluarga tersebut dibawah garis kemiskinan. Suami bekerja sebagai buruh serabutan di terminal atau bila ada yang butuh bantuan beliau. Sedangkan bu Dian hanya sebagai ibu rumah tangga. Bu Dian hanya mengurusi anaknya yang masih balita. Sebenarnya anak mereka berjumlah dua namun yang satu telah meninggal belum lama ini.




     Kami berbincang-bincang disana cukup lama. Setelah itu kami berkunjung ke rumah RTSM yang berikutnya, di rumah bu Umriyah yang tak jauh disana. Terletak di JL MAKAM SEKEDUNG RT. 03 RW. 01 kelurahan Karangmalang.
    Ada hal yang berbeda pemandangan kala itu. RTSM yang kami kunjungi mewah sekali. Mewah dalam hal ini bukan kaya ataupun serba kecukupan. Namun ‘mepet sawah’ (berdampingan/dekat sawah). Selain itu rumah tetangga di kanan kirinya pun termasuk bagus. Sebuah hal yang bertolak belakang.

    ‘monggo mas masuk. Ben ngerti gubukke ibu seng wes pak ambruk’




Terlintas dalam benak kami kenapa mau roboh bukankah masih bagus. Walaupun rumah tersebut hanya dari bambu. Setelah kami bertanya jawab dengan RTSM didapatkan keterangan bahwa yang ditempai ibu Umriyah ternyata hanya numpang (mendirikan bangunan rumah sementara diatas tanah orang lain) dan sekitar bulan Desember sang pemilik tanah tersebut pun akan mendirikan bangunan sendiri diatas tanag tadi. Otomatis nanti Ibu Umriyah harus mecari tempat laen. Namun sampai saat ini belum menemukan tempat tinggal selanjutnya. Padahal mereka masih mempunyai 2 orang anak dan yang satunya masih bersekolah di Sekolah Dasar. 

Bu Umriyah pun berharap agar anaknya yang bersekolah tersebut menyelesaikan studinya walaupun masih ada permasalahan rumah tinggal mereka.



Dengan adanya program keluarga harapan (PKH) ini diharapkan dapat memberikan stimulus dan semangat untuk tetap bertahan hidup dan memperjuangkan keluarganya untuk masa depan anak-anaknya yang lebih baik.


0 komentar:

Post a Comment